Kekayaan Perkebunan Yang Ada Di Indonesia
Kekayaan Perkebunan Yang Ada Di Indonesia
Kelapa Sawit
Kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia dalam satu dekade ini berhasi bersaing secara langsung dengan minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari dari Eropa dan Amerika Serikat. Keunggulan dari sisi harga yang jauh lebih murah dan memiliki kualitas yang sama menjadi salah satu faktor permintaan kelapa sawit yang setiap tahun semakin besar.
Cengkeh
Cengkeh selain digunakan sebagai rempah-rempah juga berperan penting dalam perkembangan agroindustri rokok kretek, rokok kretek merupakan rokok asli Indonesia yang pertama kali diracik di Kudus. Rokok ini merupakan jenis rokok tradisional yang memadukan antara tembakau dengan Cengkeh dan hingga kini menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Selain cengkeh Indonesia juga menyimpan berbagai potensi perkebunan lain seperti Pala, Kopi dan Tembakau yang saat ini menjadi komoditas perkebunan pemasok devisa negara terbesar.
Biji Kopi
Sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar ke tiga di dunia, Indonesia adalah surga bagi pecandu kopi. Saat ini biji kopi hasil perkebunan di Indonesia hanya kalah dari Brazil dan Vietnam yang menduduki peringkat pertama dan kedua di dunia. Beragamnya jenis biji kopi yang tumbuh di berbagai daerah, menjadi salah satu potensi besar bagi keunggulan industri kopi tanah air.
Apalagi beberapa tahun belakangan bisnis coffe shop menjadi semacam trend baru di kalangan anak muda Indonesia, trend positif ini selain meningkatkan nilai jual biji kopi juga membuka jalan bagi anak muda untuk tidak bergantung mencari pekerjaan, tetapi juga berani berwirausaha
Perkebunan Teh
Meskipun hanya memproduksi jenis Teh Hitam dan Teh Hijau, Potensi perkebunan Teh di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata, pada tahun 2014 nilai ekspor Teh Indonesia menempati peringkat ke-7 di dunia. Tiga besar pemasok teh dunia dalam satu dekade terakhir memang dikuasai oleh China, India dan Kenya yang hasil produksinya mencapai 10x lipat dari Indonesia.
Salah satu alasan ketertinggalan Komoditas Teh Indonesia dari negara lain yaitu karena hasil produksi teh (per hektar) yang masih rendah, hal ini diakibatkan dari mayoritas petani teh kekurangan kemampuan finansial dan keahlian untuk mengoptimalkan produksi, sementara itu sebagian besar dari teh Indonesia ditumbuhkan dari biji bukannya dari hasil stek daun teh, yang tentu saja akan memperlambat masa panen.
Jika masalah tersebut bisa diatasi oleh petani di dalam negeri, bukan tidak mungkin produksi teh Indonesia akan bersaing dengan tiga besar negara pemasok teh di dunia. Apalagi Teh hasi kekayaan perkebunan Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia.
Tanaman Tebu
Tanaman Tebu mulai populer dan banyak di tanam di Indonesia sejak diterapkan kebijakan Tanam Paksa oleh pemerintah Hindia Belanda. Sejak saat itu Tebu menjadi salah satu komoditas unggulan hasil perkebunan di Indonesia yang di ekspor keluar negeri.
Kondisi iklim tropis dan luasnya lahan pertanian yang dimiliki Indonesia menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan agro industri tebu, saat ini setidaknya masih beroperasi 62 pabrik gula, yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera, hampir semuanya merupakan pabrik yang dibangun sejak jaman penjajahan.
Umur pabrik gula yang rata-rata sudah berusia diatas 100 tahun tentu saja sudah mengalami penurunan kinerja yang akan mempengaruhi proses produksi.
Dampaknya, kita masih tergantung dari pasokan gula impor dari Thailand atau India. Padahal di dalam negeri masih banyak lahan pertanian yang berpotensi menjadi perkebunan tebu.
Karet
Semakin langkanya sumber-sumber minyak bumi dan semakin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis dari tahun ke tahun juga menjadi salah satu faktor pendukung majunya industri karet tanah air.
Diprediksi pada tahun 2020 produksi karet alam dunia akan mencapai 11,5 juta ton. Sekitar 70% hasil produksi karet alam dunia diperuntukkan bagi industri ban. Sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia karet hasil perkebunan di Indonesia ditargetkan bisa memasok 29% atau 3,3 juta ton karet kering.
Sayangnya target tersebut masih terhambat dengan adanya permasalahan ketrampilan sumber daya manusia yang masih minim serta produktivitas perkebunan karet yang masih belum optimal.
Komentar
Posting Komentar